mio ngga enak buat perjalanan jauh???

pada lebaran ke-2 & -3 (tanggal 11-12 sept kemarin.red) saya memutuskan untuk melakukan perjalanan jauh solo ride kediri-pekalongan pp menggunakan mio sw (motor adik)

saya awalnya berpikir kalau pakai mio, saya tidak merasa capek karena motor mio sangat user friendly & lincah. Berbeda dengan motor bebek yang pernah saya gunakan untuk perjalanan jauh (jupie mx & blade)

my jupie mx yg skarang dipegang mas q

si blade_us

pada perjalanan berangkat saya memang tidak merasakan kelelahan, itu mungkin karena senang ketemu sang pujaan hati (sayang skarang dah jadi mantan 😦 )

tetapi dalam perjalanan pulang, saya merasakan sangat lelah, mulai dari leher, punggung & kedua tangan saya

saya lalu menganalisa, kenapa naik mio kok lebih melelahkan daripada jupie mx & blade, padahal waktu menggunakan blade saya menempuh jarak 900km++ jakarta-kediri pp via jalur selatan jawa & berboncengan dengan teman saya yang gemuk (penyiksaan motor mode : on :P) padahal jarak kediri-pekalongan pp “hanya” 740km++ solo ride

mampir sekalian ke bro lingga di ungaran 🙂

berikut analisa saya :

– dimensi roda lebih kecil & tidak ada stabiliser stang (bandul stir yg dikiri-kanan grip stang), sehingga segala goncangan & getaran yg diterima ban langsung merambat ke lengan (tau sendiri kondisi jalan di Indonesia, jalan kok seperti muka remaja yang ga pernah mandi (jerawat), bergelombang serasa naik speed boat & aspal yg seperti terkena hujan meteor)

diameter ban 14" + tidak ada bandul di stir membuat getaran dr roda langsung terasa di lengan

abis kena hujan meteor

bila melewati ini, serasa naik speed boat 🙂

– jarak antara stir & jok yang pendek & rendah, sehingga badan membungkuk

jarak stir dgn jok rendah & pendek

– adanya footstep boncenger yg posisinya seperti footstep racing bagi rider (kalo ini emang salah rider’nya yg bergaya seperti pembalut… eehhh pembalap 😛 )

anggap ae footstep racing 😛

demikian analisa saya 😀

met membaca…..